Merpatiku

kendati engkau berselisih maka tak akan aku ambil alih
kendati engkau puncak bersilat tidak akan kudamba cacat
kendati engkau riuh kembangkan guruh tidak akan kujadikan biru
kendati engkau maki bersibak tak akan kujadikan serak
Powered by Blogger.
RSS

berkah atau kutukan?

sejak kumpul ma temen temen, tolle, makthu, gareng, goglek, selalu saja ada yang baru setiap hari. proses pertemanan yang panjang membuat kami saling mengerti siapa diri kita masing-masing. perlahan waktu mendewasakan kami, menjadikan kami pribadi berbeda namun dalam tetap dalam garis yang sama. walau takdir yang berbeda tidak juga bisa dielakkan.
akan tetapi masih ada satu yang sama, entah ini kutukan atau berkah dari tuhan, kita masih saja menjadi tempat sampah dari orang lain yang ingin buang sial. sadar atau nggak, kita banyak dimanfaatkan orang lain karena "kebaikan" kita. tanpa tendensi apapun kami selalu membantu apa yang kami bisa dan apa yang kami mampu. bahkan kadang kita terlalu memaksa untuk bisa bantu seseorang. di satu peristiwa bahkan celaka menghampiri kami.
tidak seberapa memang materi yang kami keluarkan untuk membantu, karena memang kami tidak bermateri. namun dalam urusan lain, kami selalu memberikan yang terbaik kepada orang yang datang dan membuang sampahnya di kepala kami. sampah itu kami biarkan membusuk di otak kami, kemudian kami olah kembali menjadi kompos dan kami berikan lagi pada hijau daun. proses itu panjang dan berulang ulang.
anehnya, begitu selesai membuang sampah dan orang itu telah mendapati keranjang sampahnya telah bersih, kami segera ditinggalkan tanpa menoleh lagi. mungkin melupakan adalah kata yang agak kasar namun terasa sangat cocok. yang lebih kasar lagi adalah, kami ditendang. tidak sekali dua, berulang kali merasa hal yang sama.
begitu baiknya temen temen itu, tidak terlintas pun di benak mereka untuk membalas kepada orang lain. mungkin hanya aku yang berpikiran jahat untuk membalas kepada siapa saja yang aku temui dan aku kenal (karena cuma aku yang tempramental). namun melihat mereka begitu ikhlas menerima, niat ini hanya menjadi sebuah batu yang harus dibuang. aku pun mengikuti alur, menerima dengan hari legawa.
kami hanya bisa mengambil hikmah dari itu semua. perjalanan sebuah kehidupan harus dipelajari. namun belajar tentang kehidupan bukan berarti harus mencoba dan terjun langsung di dalamnya. kita bisa melihat, mendengar dan merasa. anugerah tuhan yang mestinya dimaksimalkan. dari sampah sampah itulah kami belajar, dari sampah itu pula kami menjadi semakin yakin bahwa hidup ini indah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment