Merpatiku

kendati engkau berselisih maka tak akan aku ambil alih
kendati engkau puncak bersilat tidak akan kudamba cacat
kendati engkau riuh kembangkan guruh tidak akan kujadikan biru
kendati engkau maki bersibak tak akan kujadikan serak
Powered by Blogger.
RSS

Kutu Malam

kadang rindu itu datang, kadang pula ia menghilang. secepat angan berkelebat, merubah-rubah rasa menjadi dendam. selimut yang semula dipersiapkan kadang hanya menjadi bentangan doa yang tidak pernah berubah. komat kamit mantra cuma sebagai pelengkap makan malam. begitu hidangan habis maka mantra itu menjadi tusuk gigi yang siap dibuang. lalu setiap orang akan berkomentar tentang apa yang mereka lakukan hari ini, entah dosa atau pahala.
busa di mulut mereka seakan menjadi buih lautan yang hilang saat tersengat pasir. berkali-kali kadang harus liurnya keluar, mengalir, dan membasahi jubah yang mereka kenakan. sebentar-sebentar kaki mereka bersekutu dengan anjing yang siap menjilat sisa ludah mereka. tangan mereka tidak henti-henti mengacung, menunjuk, bahkan pada diri mereka sendiri....
malam memabukkan mereka hingga wajah mereka tidak bisa dibedakan dengan gelap. seharusnya sunyi ini menyembunyikan hina dari wajah dunia, tetapi sunyi memerdekakan mereka menjadi seonggok kutu yang siap keliar di sudut malam, mencari kulit yang siap dihisap sampai kering darahnya.
kutu malam itu pun kembali ke rumahnya dengan darah di perutnya. terengah-engah kekenyangan, muntah, dan kembali berbusa-busa siang harinya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment