Merpatiku

kendati engkau berselisih maka tak akan aku ambil alih
kendati engkau puncak bersilat tidak akan kudamba cacat
kendati engkau riuh kembangkan guruh tidak akan kujadikan biru
kendati engkau maki bersibak tak akan kujadikan serak
Powered by Blogger.
RSS

Waktu

Untuk kembali ke masa lalu memang sudah nggak mungkin. Waktu berjalan dengan sendirinya tanpa bisa menengok lagi ke masa lalu. Jika tidak bisa mengimbangi perjalanan waktu, maka diri sendiri yang akan digilas dan digiring ke penyesalan yang lebih dalam. Dalam hal apa pun diri ini harus melakukan sesuatu yang memang harus sejajar dan seimbang dengan perjalanan waktu. Jika hari demi hari waktu semakin cepat, maka langkah kita harus berlari. Jangan sampai tertinggal dengan detik-detik yang tidak peduli dengan perasaan kita.
Dia dihadirkan bukan untuk mendengarkan kita. Tapi dia adalah peringatan bagi kita yang masih saja menyangka bahwa bumi ini masih lama dalam tatanannya. Siapa pun nggak akan bisa menyana bahwa setiap saat tanah yang kita pijak ini bisa menjadi api yang menghanguskan, bisa menjadi air yang menyeret jiwa kita, dan bisa menjadi angin yang menyapu kita dari peradaban. Namun seolah peringatan lewat waktu ini bagai hal yang sangat sepele. Dalam setiap gerak, kata, dan laku, seolah waktu adalah cuma sebagai sandaran, bukan sebagai titik tolak dalam bertindak.
Aku juga begitu. Waktu setiap hari kubunuh agar aku bisa menikmati dunia dengan selumat-lumatnya. Baru tersadar ketika Tole mengingatkan, bahwa usia adalah waktu yang menjelma menjadi jalinan angka-angka dan menunjukkan bahwa diri ini sudah termakan usia. Kalau dia sudah diingatkan lewat perkembangan anaknya; mulai dia gerak, bisa tengkurap, duduk, berjalan, mulai bicara. Sedangkan aku diingatkan bahwa aku nggak mungkin muda lagi, nggak mungkin terus menjadi "bocah". Suatu saat aku harus menjadi "orang".
Thank's my buddy....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment