Merpatiku

kendati engkau berselisih maka tak akan aku ambil alih
kendati engkau puncak bersilat tidak akan kudamba cacat
kendati engkau riuh kembangkan guruh tidak akan kujadikan biru
kendati engkau maki bersibak tak akan kujadikan serak
Powered by Blogger.
RSS

Berkurban; Mengurbankan dan Dikurbankan

pas hari ini, tepat hari raya kurban. pas pula dengan orang yang sedang haji melakukan wukuf di arafah, dimana seseorang bermunajat secara pribadi di hadapan Tuhan-nya. pastilah orang itu sedang mengingat semua dosanya yang terlalu ringan ia lakukan dan memohon agar kehidupan selanjutnya bisa lebih baik dari sekarang. pergi haji sendiri adalah sebuah pengorbanan sekaligus pengharapan. seseorang sekian tahun mengumpulkan uang hanya demi sebuah ongkos untuk bisa pergi kesana. ongkos itu pun sangat variatif, artinya bisa berubah (naik) seenak keputusan Depag. kalau tahun ini naik karena kemarin harga minyak dunia melonjak tajam, ketika saat ini harga itu sudah turun, tidak begitu dengan biaya haji. mana mungkin lembaga ini bisa menurunkan ongkos haji yang sangat menguntungkan bagi mereka. lahan basah ini tentu saja sangat dimanfaatkan segelintir pihak di lembaga, yang katanya, agamis ini. namun apakah begitu dengan fasilitas yang diterima para jamaah di tanah suci? nggak. pondokan mereka sekarang semakin menjauh dari masjidil haram, sarana transportasi juga susah, terutama bagi penyandang cacat dan lansia. belum lagi masalah asupan makanan, kurang memadai (layak) bagi seseorang yang sudah bayar segitu banyak.
namun ini lagi-lagi sebuah pengorbanan. iklan pihak depag di televisi mengatakan, bahwa semakin jauh pondokan para jamaah maka akan semakin banyak pahala yang akan diterima. busyeet... begitu mudah mereka mengelabui masyarakat dengan iklan konyol macam ini. tanpa diberitahu juga orang udah pada tahu. tapi ketidakseimbangan antara materi yang dibayarkan dengan layanan yang diberikan adalah soal yang sama sekali lain.ini bukan lagi pengurbanan, tetapi dikurbankan. bargaining jamaah haji terlampau lemah untuk bisa beradu dengan depag. tentu saja kebanyakan mereka menerima, sebab dalam keyakinan dan hati mereka tentu hal ini akan menambah amalan dan pahala agar haji mereka bisa menjadi mabrur.
begitu juga dengan berkurban dengan hewan kurban. namun yang ini sama sekali tidak berkaitan dengan lembaga ruwet macam itu. ini lebih pada kemampuan pribadi untuk berbagi dengan masyarakat sekitar yang tidak mampu. berkurban ini semacam penghargaan pribadi atas apa yang dimiliki kepada Tuhan dengan jalan diberikan kepada sesama. kalo menurut sejarah, ini dimulai ketika Allah menguji nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail, sebagai tanda ketaatan dan ketakwaan. Ibrahim dengan sepenuh hati melakukannya. rasanya pengurbanan yang ikhlas seperti inilah yang ingin dicontohkan kepada umat manusia. bahwa tiada yang lebih berharga selain tunduk dan ikhlas menjalankan semua perintah-Nya.
hmm...rasanya sudah campur aduk semua antara berkurban, mengurbankan, dan dikurbankan. siapa saja bisa mengurbankan, dikurbankan, dan melakukan kurban. entahlah, yang jelas dengan pengurbanan yang ikhlas, moga saja bisa menambah keimanan kepada Yang Kuasa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

fahmi amrulloh said...

ehemmm...ehem...menurutku siy ngene...*sek...sek...aku lali meh komentar opo yo?*

Post a Comment