Merpatiku

kendati engkau berselisih maka tak akan aku ambil alih
kendati engkau puncak bersilat tidak akan kudamba cacat
kendati engkau riuh kembangkan guruh tidak akan kujadikan biru
kendati engkau maki bersibak tak akan kujadikan serak
Powered by Blogger.
RSS

Beranda Kubah Mekah

Sama sekali tidak bisa kusangka kalau si-mbah (kakung dan putri) benar-benar bisa pergi haji. Dengan segala keterbatasannya (materi, dan lebih lagi, fisik) mampu berjibaku dengan panas, keringat, sumpah serapah manusia seantero jagad. Apalagi kalau dibandingkan dengan pengorbanan yangg sangat lama dari keluarga (mulai dari pertama jatuh stroke sampai ke pintu demarkasi). Begtu juga dengan bantuan semua pihak yang tidak bisa dinominalkan.

Lebih dari itu semua ada haru yang teramat dalam ketika pamanku harus berjuang "menyeret" dua orang di tanah yang penuh dengan keinginan ukhrowi. Mampukan dia berjibaku dan terus membawa serta dua orangtua itu?

Ketika semua pengorbanan ini telah disampaikan, apa balasan Ka'bah untuk mereka? Apa yang mestinya diberikan Mekah kepada keluarga yang ditinggalkan dengan beban pikiran yang tak kunjung hilang? Akankah semua itu hanya diperlukan ketika manusia akan berakhir di akhirat nanti? Jika balasannya surga, kenapa mencapainya harus dengan pengorbanan dunia yang sangat besar?

Aku mengira, air mata yang keluar dari setiap keluarga jamaah haji itulah yang menjadi sumber dari sumur zam-zam. Sehingga sumur itu sama sekali tidak akan kering seiring makin banyaknya jamaah yang kesana. Bahkan mungkin suatu saat Mekah akan banjir air mata yang meleleh dari bibir sumur zam-zam.

Semoga kita termasuk orang yang beruntung....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment